Barang siapa yang ingin dicintai dan disenangi oleh Allah,
maka senangkanlah Allah melalui pelayanan terhadap kalam-Nya, yaitu Al-Qur’an.
Sebagai firman-Nya, Allah senang jika Al-Qur’an dibaca. Sebagai pesan-Nya,
Allah senang jika kandungan Al-Qur’an diperhatikan dan diamalkan. Dengan itu,
niscaya Allah akan menyenangkan Anda dengan cara Allah sendiri. Baik berupa
materi atau non materi, baik di dunia maupun di akhirat, baik sekarang atau
waktu mendatang.
Di antara keistimewaan Al-Qur’an adalah dimudahkan oleh
Allah. Pernyataan ini terulang sebanyak empat kali dalam surah Al-Qamar. Baik
kemudahan cara membaca, menghafalkan dan memahaminya. Kata “yassarna” dalam
ayat tersebut menunjukkan bahwa semua kegiatan membaca, menghafal, memahami dan
menerjemahkan perlu tahapan dan waktu. Saat ini banyak sekali metode membaca,
menerjemahkan dan menghafal Al-Qur’an. Saat ini jumlah penghafal Al-Qur’an di
seluruh dunia sudah mencapai jutaan. Hal ini tak dijumpai kitab suci mana pun
kecuali Al-Qur’an.
Nasihat bagi para wanita, khususnya calon ibu hendaklah
mempersiapkan dirinya sebagai calon guru bagi anak-anaknya kelak. Hendaknya dia
bisa mengaji Al-Qur’an dengan fasih, sehingga pelajaran pertama dalam membaca
Al-Qur’an akan didapatkan oleh seorang anak dari mulut ibunya sendiri. Betapa
anak sangat terkesan dengan peristiwa bersejarah dalam kehidupannya itu.
Bagi orang yang gemar membaca Al-Qur’an, getaran ayat-ayat
sucinya akan mengalir bersama darah di sekujur tubuhnya. Kesenangannya membaca
Al-Qur’an akan menciptakan DNA (karakteristik pribadi) yang positif. Kelak jika
dia punya anak, maka DNA positif inilah yang akan menempel pada anak-anaknya
kelak sehingga menjadikan ia anak yang saleh dan berkepribadian baik.
Ketenangan jiwa ketika membaca Al-Qur’an akan berdampak pada sel-sel DNA-nya
yang bisa bercahaya dan berdampak pada raut wajahnya yang tenang, bercahaya dan
meneduhkan. Hidupnya penuh optimisme.
Al-Qur’an itu ibarat berlian yang mempunyai banyak sisi.
Jika dipandang dari satu sisi akan menampakkan keindahan tersendiri. Dilihat
dari sisi yang lain, maka akan tampak keindahan yang lain pula. Berlian itu
sendiri selalu berkelipan sepanjang zaman. Hanya mereka yang mempunyai hati
tulus, bersih dan haus akan nilai-nilai Al-Qur’an yang bisa menikmati keindahan
itu.
Para penghafal Al-Qur’an tidak cukup hanya mengandalkan
kecerdasan intelektual. Tapi perlu pencucian hati dari kekotoran hati seperti
riya, sum’ah, takabur dan lain-lainnya, serta mengusahakan amalan spiritual
lainnya seperti wirid harian, amal-amal sunnah dan doa sebagai pupuk untuk
suburnya ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang ditanam dalam hatinya.
Al-Qur’an akan selalu menang dan tak akan terkalahkan. Ketika
pertama kali turun, Al-Qur’an dikatakan sihir, perkataan orang gila, tukang
dukun, kebohongan cerita masa lalu dan syair. Tetapi Al-Qur’an terus melaju
bahkan menantang siapapun untuk menandinginya, walau satu surah saja. Tantangan
ini terus berkumandang dengan pasti dan mantap. Mereka yang melawan Al-Qur’an
pasti gagal, rontok, berjatuhan dan hancur.
Al-Qur’an diberi sifat mubarok, yang berarti penuh
keberkahan. Berkah itu bertambahnya kebaikan walaupun tidak harus banyak.
Contohnya saja usia Imam Syafi’I hanya 55 tahun, tapi hasil ilmu dan
pemikirannya luar biasa. Begitu juga dengan Al-Qur’an, kitab yang mampu
merevolusi kehidupan. Banyak orang yang hanya bermodalkan hafal Al-Qur’an, atau
pintar ngaji dan tilawah, hidupnya menjadi berkah. Hidupnya berkualitas. Merasa
puas dan nikmat dengan yang ada. Banyak pesantren di Jawa yang awalnya
Pesantren Tahfizh, tapi sekarang menjadi lembaga pendidikan besar. Keberkahan
Al-Qur’an tidak bisa diukur dengan materi saja, tapi dari non materi pula.
Justru inilah yang terbesar dan paling berarti. Maka yakinlah bahwa jika kita
bergaul dengan Al-Qur’an, sementara ia adalah gudang keberkahan, maka hidup
kita akan menjadi semakin penuh berkah. Wallahu a’lam.
(Dikutip dari buku Oase Al-Qur’an karya DR. KH. Ahsin Sakho
Muhammad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar